BeritaPedia.news, OKU Timur – Di tengah derasnya arus modernisasi, masyarakat Desa Rasuan, Kecamatan Madang Suku I, Kabupaten OKU Timur, masih menjaga erat warisan budaya leluhur mereka. Sabtu malam, 25 Oktober 2025, masyarakat desa setempat menggelar acara tradisi adat budaya Komering yang dikenal dengan nama Ningkuk’an.

Kegiatan yang diikuti oleh seluruh pemuda dan pemudi (Morli Maranai) Desa Rasuan ini berlangsung meriah, penuh tawa, musik, dan kehangatan kebersamaan. Tradisi Ningkuk’an bukan sekadar hiburan, melainkan juga wadah sosial bagi generasi muda Komering untuk bersilaturahmi, mempererat hubungan, bahkan mencari jodoh.
Ketua Panitia, Indra, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya nyata untuk melestarikan budaya Komering yang sarat makna.
“Kami ingin anak-anak muda sekarang tahu bahwa Ningkuk’an bukan sekadar permainan, tapi juga bagian dari jati diri masyarakat Komering. Di dalamnya ada nilai kebersamaan, tanggung jawab, dan sopan santun dalam berinteraksi,” ujar Indra saat ditemui di lokasi acara.
Tradisi Ningkuk’an biasanya dilakukan pada malam hari menjelang pernikahan. Para pemuda dan pemudi duduk berhadapan, sambil memainkan selendang diiringi musik. Ketika musik berhenti, peserta yang memegang selendang terakhir akan mendapatkan “hukuman” ringan, seperti menyanyikan lagu atau tantangan lainnya dari panitia.
Salah satu peserta, Septi, mengaku bangga bisa ikut serta dalam acara ini. “Seru sekali, apalagi kami bisa belajar adat Komering sambil bersenang-senang. Tradisi seperti ini harus tetap ada, supaya kami tidak lupa dengan akar budaya sendiri,” ujarnya dengan senyum bahagia.
Bagi masyarakat Komering, Ningkuk’an juga sering dianggap sebagai ajang perpisahan bagi teman sebaya yang akan melangsungkan pernikahan. Selain itu, kegiatan ini menjadi simbol kedewasaan dan kesiapan sosial generasi muda dalam memasuki kehidupan berumah tangga.
Meskipun kini tradisi Ningkuk’an semakin jarang dijumpai di daerah lain, Desa Rasuan tetap berkomitmen untuk menjaga kelestariannya. Pemerintah desa, tokoh adat, dan masyarakat terus berupaya menghidupkan kembali tradisi ini melalui dialog budaya, pertunjukan seni, dan pengenalan adat kepada generasi muda.
Indra menambahkan bahwa pelestarian budaya tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. “Kami berharap ke depan, kegiatan seperti ini bisa terus diselenggarakan dengan dukungan semua pihak, mulai dari pemerintah desa, tokoh adat, hingga masyarakat luas. Karena budaya adalah identitas yang harus kita rawat bersama,” tegasnya.
Tradisi Ningkuk’an menjadi bukti bahwa di tengah kemajuan zaman, nilai-nilai adat Komering tetap hidup dan berputar dalam kehidupan masyarakatnya. Melalui semangat generasi muda Desa Rasuan, warisan budaya ini terus lestari mengajarkan bahwa keceriaan, sopan santun, dan kebersamaan adalah bagian dari kearifan lokal yang patut dibanggakan. (Gie)















